SULTRAKITA.COM, Jakarta – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatat pertumbuhan kinerja yang kuat pada triwulan ketiga 2025 seiring peningkatan produksi dan mengalirnya kontribusi awal dari operasi Bahodopi. Produksi nikel dalam matte mencapai 19.391 ton, naik 4% dibandingkan triwulan sebelumnya, sekaligus mendorong pendapatan melonjak 27% menjadi US$278,6 juta.
Laba bersih perseroan terdongkrak signifikan hingga menjadi US$27,2 juta pada 3T25, jauh di atas capaian kuartal sebelumnya sebesar US$3,5 juta. EBITDA tercatat US$74,6 juta, meningkat hampir dua kali lipat dari 2T25.
“Kemajuan operasional ini menunjukkan ketangguhan dan fokus tim kami dalam memberikan nilai tambah di tengah dinamika pasar global,” ujar Bernardus Irmanto, Presiden Direktur dan CEO PT Vale dalam keterangan resmi.
Sepanjang Januari–September 2025, akumulasi produksi nikel dalam matte mencapai 54.975 ton atau naik 4% secara tahunan. Perseroan juga mulai memperkuat portofolio komersial melalui penjualan perdana bijih nikel saprolit dari Bahodopi dan Pomalaa yang dimajukan ke Juli 2025. Total penjualan saprolit mencapai 896.263 ton basah dalam sembilan bulan.
Stabilnya harga realisasi nikel matte di level US$12.272 per ton turut menjaga pendapatan tetap solid. Untuk periode sembilan bulan, pendapatan tercatat US$705,4 juta, tidak jauh berbeda dari US$708,6 juta pada periode sama 2024.
Direktur dan CFO PT Vale Rizky Putra menegaskan peningkatan profitabilitas juga ditopang efisiensi biaya. Biaya kas per ton nikel matte turun menjadi US$9.304 dari US$9.384 pada kuartal sebelumnya.
“Kami mulai melihat kontribusi awal Bahodopi terhadap kinerja keuangan, sekaligus memperluas diversifikasi pendapatan,” ujarnya.
Hingga akhir September 2025, kas dan setara kas PT Vale mencapai US$496,3 juta. Belanja modal terdorong naik menjadi US$331,4 juta seiring percepatan pembangunan proyek Bahodopi dan Pomalaa yang menjadi tulang punggung ekspansi jangka panjang perusahaan.
Selain pencapaian finansial, PT Vale mengantongi sejumlah penghargaan keberlanjutan. Di antaranya Lestari Awards 2025 untuk program konservasi Kehati Lutim Bersinergi, Gold Star Award dalam Investortrust ESG Awards 2025, serta Penghargaan Subroto 2025 untuk program pemberdayaan masyarakat Matano Iniaku.
Perseroan juga mencatat perbaikan peringkat risiko lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang kini masuk kategori Medium Risk versi Sustainalytics.
“Keberlanjutan, keselamatan, dan kemitraan dengan masyarakat tetap menjadi fondasi strategi pertumbuhan kami,” kata Bernardus.
Dengan momentum pemulihan produksi dan diversifikasi pasar, PT Vale menyebut akan terus fokus menjaga daya saing operasional di tengah fluktuasi industri nikel global (*)









