SULTRA KITA.COM, KENDARI – Tim Dosen UHO punya cara tersendiri untukuntuk mend program pemerintah pusat dalam meningkatkan budaya literasi di Indonesia. Salah satunya, Tim Dosen UHO melaksanakan PKM Penanaman Budi Pekerti dan Minat Baca melalui Metode Extensive Reading dengan sasaran anak jalanan dan mereka yang tinggal di pinggiran kota sehingga terbatas dalam akses sarana pendidikan yang memadai.
Hal ini bertujuan agar budaya literasi tidak hanya dikenal oleh anak yang bersekolah di sekolah dengan fasilitas pendidikan memadai tapi juga oleh anak-anak pinggiran dengan akses terbatas.
Terbukti dalam pelaksanaannya Tim Dosen UHO bekerja sama dengan Komunitas Anak Jalanan Kendari (KOJAK) dan Gerakan Kendari Mengajar (GKM).
Ketua Tim Dosen UHO, Zakridatul menuturkan, kerjasama ini telah dimulai sejak April 2018 dan direncanakan akan berlangsung hingga Juli 2018, yang dilaksanakan di salah satu daerah binaan GKM yaitu desa Puulonggida Kecamatan Mandonga dan di pelataran Masjid Agung Al-Kautsar Kendari yang merupakan lokasi kegiatan belajar mengajar KOJAK.
“Dalam kerja sama ini Tim Dosen UHO bertindak sebagai fasilitator yang mensosialisasikan program, menyediakan fasilitas bahan bacaan dan instrumen, serta mengevaluasi pelaksanaan program, sedangkan KOJAK dan GKM sebagai pelaksana,” ujarnya.

Suasana penyerahan buku bacaan untuk anak kegiatan belajar mengajar
Ia menjelaskan, program ini berupa penerapan kegiatan membaca bebas selama 15 menit di awal kegiatan pembelajaran. Bahkan, siswa binaan bebas memilih judul buku bacaan anak yang mereka inginkan dan membaca tanpa ada batasan atau target jumlah bacaan.
Adapun prinsip dari kegiatan ini adalah memberikan pembelajaran yang menghibur bagi anak serta membiarkan anak belajar dari pengalaman. Sebab, anak dibiarkan memilih buku bacaan yang menghibur dan juga mengandung pesan moral.
“Dalam kegiatan ini, anak membaca, menikmati, menceritakan kembali dan menarik kesimpulan. Proses tersebut akan membuat anak memahami dengan sendirinya tentang nilai-nilai baik dan buruk. Pelajaran yang didapat dari proses berpikir ini akan lebih membekas ketimbang metode ceramah,” jelasnya.
Ia berharap, setelah program selesai KOJAK dan GKM dapat secara mandiri meneruskan program literasi ini dalam rangka menumbuhkan minat baca anak dan sebagai sarana pendidikan budi pekerti bagi siswa binaan masing-masing.
Program ini mendapat sambutan baik tidak hanya oleh KOJAK dan GKM sebagai mitra, tapi juga oleh anak-anak yang menjadi siswa binaan kedua mitra ini.
Ika, salah seorang pengajar di GKM mengungkapkan bahwa kegiatan Extensive Reading ini telah sangat membantu meningkatkan minat baca anak-anak di daerah binaan mereka yang tadinya sangat rendah.
“Metode ini juga membantu para pengajar untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan dan penyerapan anak terhadap apa yang mereka baca, sehingga lebih memudahkan dalam membimbing,” paparnya.
Hal senada diungkapkan KOJAK. Salah satu pengajar di KOJAK, Dani mengungkapkan, siswa binaan mereka tidak hanya jadi lebih senang membaca. Namun juga dari proses membaca itu siswa dapat berbagi ilmu dengan teman-teman mereka mengenai apa saja pesan yang didapat dari buku yang telahd dibaca.
“Hal ini tentu saja menjadi angin segar untuk perkembangan literasi di Sulawesi Tenggara terkhusus di Kota Kendari. Forum Ekonomi Dunia (World EconomicForum—WEF) pada 2015 mengeluarkan laporan mengenai kecakapan yang harus dikuasai untuk menghadapi abad ke-21 yaitu, literasi, kompetensi, dan karakter,” terangnya.
Untuk itu, diharapkan kedepannya semakin banyak pihak yang tertarik untuk ikut terlibat dalam rangka meluaskan budaya literasi pada generasi muda mengingat pentingnya hal ini. (dan)