SULTRAKITA.COM, KENDARI – Pasca terjadinya bentrok dua desa di Kabupaten Buton, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sulawesi Tenggara melakukan antisipasi pembelajaran dengan menyiapkan Sekolah Darurat. Hal ini dilakukan demi memperlancar proses belajar mengajar dalam rangka mencerdaskan anak bangsa.
“Dalam meminimalisir konflik berkelanjutan, kita menyiapkan sekolah darurat. Dimana ada beberapa siswa Desa Sampoabalo sekolah di SMA Negeri 2 Siontapina yang terletak di Desa Gunung Jaya. Jadi kita membuka kelas jauh sehingga beberapa siswa kelas satu dan dua untuk sementara belajar di Sampoabalo, dimana mereka memakai sekolah dasar untuk sementara waktu serta gurunya saja yang akan mengajar dan datang di Sampoabalo,” ungkap Kepala Dikbud Sultra Asrun Lio.
Pria yang akrab disapa Asrun Lio mengatakan, sekolah darurat akan berakhir setelah daerah tersebut kembali normal dan kondusif.
Serta meminimalisir konflik berkelanjutan yang nantinya tidak berimbas pada seluruh siswa yang masih berstatus sekolah.
“Dimana sekolah darurat atau sekolah jauh ini hanya diperuntukan untuk kelas 11 dan kelas 12 dan nantinya jika kondisi dan keadaan kembali normal siswa ini akan dikembalikan lagi disekolahnya,” ungkapnya.
Ia berharap kepada pihak keamanan, semua tokoh masyarakat, tokoh pemuda agar segera mengatasi konfik ini secepatnya serta mencari akar masalahnya. Serta menghimbau kepada semua guru serta Kepala Sekolah agar bisa menjadi penyejuk sehingga konflik yang terjadi di Buton tidak menjadi berkepanjangan.
“Semoga hal ini akan segera pulih dan kembali normal agar proses belajar dan mengajar bisa kembali sedia kala, serta anak yang sekolah tidak terbengkalai untuk proses pembelajarannya,” tandasnya. (Bung)