SULTRAKITA.COM, KENDARI – Akhir Mei lalu pemerintah telah menerapkan tatanan hidup baru yang disebut sebagai new normal atau normal baru. Tatanan ini diterapkan agar masyarakat bisa kembali beraktivitas dan menjaga produktivitas dengan tetap menjalankan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19.
Sejalan dengan rencana pemerintah ini, Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kendari mulai mengkaji kemungkinan penerapan proses belajar tatap muka di tahun ajaran 2020/2021.
Direktur Poltekkes Kendari Askrening, SKM., M.Kes mengatakan, untuk saat ini mahasiswa masih mengikuti kuliah dengan cara online atau daring yang sudah ditetapkan dalam satu semester ini. Hal ini untuk menghindari penyebaran secara massal dalam kampus.
“Untuk saat ini Poltekkes masih melakukan kuliah daring, walaupun ada beberapa kampus kesehatan di Indonesia yang sudah melakukan kuliah Offline atau tatap muka,” ujarnya.
Wanita berhijab ini menjelaskan, salah satu alasan pihaknya belum melakukan perkuliahan tatap muka pihak kampus masih menunggu arahan dari pemerintah pusat.
“Poltekkes Kendari merupakan kampus kesehatan negeri, jadi kami tetap mengikuti aturan yang diberikan oleh kementerian pusat,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan, meski tidak menerapkan perkuliahan tatap muka namun para mahasiswa diimbau agar tetap mematuhi protokol kesehatan.
“Kita harus tetap berserah diri kepada allah, karena penyakit ini kan dari allah. Dan kita juga harus mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah. Anjuran dari bapak presiden Joko Widodo itu 3 M yakni Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak),” paparnya.
Selain itu juga, mahasiswa diharapkan tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi serta yang utama agar menjaga kebugaran untuk tetap berolahraga. Karena pada saat sedang dirumah, aktifitas dilakukan tidak seperti biasanya.
Hal senada juga diungkapkan, Pejabat Pembuat Komitmen Hassan S.GZ, MPH. Ia mengatakan, di masa pandemi ini mahasiswa dipacu agar tetap produktif, terutama dalam pembelajaran. Dalam kuliah daring mahasiswa tidak harus menurunkan kualitasnya dalam pembelajaran.
“Jangan karena dimasa pandemi ini membuat kita tidak produktif, terutama dalam proses pembelajaran. Dalam keadaan seperti ini, kita tidak perlu menurunkan kualitas pembelajaran. Harus bisa menstabilkan kualitas belajar Offline maupun beljar Online,” ujarnya.
Ia mengaku senang terhadap mahasiswa yang berpikiran kritis, akan tetapi yang terukur. Sebelum meluapkan asumsi menggali lebih banyak mengenai informasi yang akan dia kritisi.
“Tunjukkan bahwa luapan asumsi adik mahasiswa itu berbobot serta cara berpikir kritis bagi seorang mahasiswa. Jadi semua orang bisa mendengarkan kritis itu, kemudian bisa menerimanya,” tandasnya. (RN)