SULTRAKITA.COM, WAKATOBI – Beberapa masyarakat nelayan ikut terlibat pada Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara dengan kegiatan digelar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tomia. Senin, 22 Februari 2021.
Program ini diselenggarakan karena Sumberdaya Laut dan Perikanan yang semakin sedikit ketersediaannya sebagai akibat banyaknya aktifitas penangkapan yang tidak diatur dengan baik. Disamping itu, masih ada penangkapan ikan yang merusak dengan menggunakan bahan peledak, serta masih ada alat tangkap berukuran besar tanpa mempertimbangkan kapasitas dan potensi sumberdaya yang mengambil ikan di wilayah tangkap nelayan kecil.
Masyarakat dan nelayan memiliki hak khusus untuk mengambil manfaat dari sumber daya ikan, dan untuk imbal balik, masyarakat dan nelayan membantu penyusunan rencana dan mengelola secara lestari.
Program PAAP digagas oleh Rare Conservation, bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup, juga Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Kegiatan PAAP yang berlangsung sejak tahun 2019, Bahaluddin (37) selaku Koordinator tim mengatakan, pada awalnya menggali potensi-potensi perikanan, menganalisis dan membentuk kelompok. Pemanfaatannya agar upaya penangkapan ikan menjadi lebih efisien dan menghasilkan volume dan kualitas tangkapan yang memuaskan, ucapnya ketika ditemui sultrakita.com di kantor TPI pulau Tomia, (22/2).
” Ditahun 2021 ini, kami sudah membentuk satu kelompok PAAP Tomia dengan anggota sekitar 20 orang dari masyarakat nelayan lokal yang sudah memiliki akta notaris untuk membantu mengawasi dan mencegah demi peningkatan perikanan berkelanjutan, ” tuturnya.
Bergerak dalam fasilitasi pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan. ini merupakan konsep yang tepat khususnya bagi masyarakat pesisir. Bukan hanya bagaimana mengoptimalkan sumber daya perikanan, tetapi untuk jangka panjang dapat meningkatkan perekonomian.
โ Para nelayan lokal akan diedukasi dan didampingi, bahkan diubahkan mindset-nya agar mengelola dan merawat kawasan laut dengan baik. Bahkan lebih dari itu adalah bagaimana menjaga kelestarian laut, โ kata Bahaluddin.
Program PAAP ini merupakan program pengelolaan berbasis masyarakat yang dimana masyarakat nelayan lokal memiliki kewajiban mengatur wilayah perairan di pulau Tomia dan di program PAAP ini di dalamnya ada Kawasan Larang Ambil (KLA) sebagai bank ikan yang merupakan wilayah larangan penangkapan ikan.
” Dan dari beberapa penanganan pada program ini, yakni salah satunya pada penanganan terhadap perubahan iklim seperti menanam bakau di area pesisir dengan manfaatnya sangat luas, terutama untuk menunjang kehidupan pesisir pantai, mencegah abrasi, erosi, intrusi air laut, sebagai tempat hidup satwa, hingga pariwisata, ” terang Baharudin.
Ia berharap, kelompok yang sudah dibentuk dan mendapatkan kepercayaan dan kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam mengelola suatu kawasan laut tertentu yang terdiri dari zona pemulihan stok ikan dan zona pemanfaatan secara terencana, terukur dan bertanggung jawab khususnya pada sistim konservasiutupnya. (AN)