SULTRAKITA.COM, KENDARI – Meski jatuh bangun demi Sultra Ali Mazi tak tobat tarung di dunia politik
Kurun waktu lima tahun, mantan Gubernur Sultra, yang kini sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Nasdem Provinsi Sulawesi Tenggara, H Ali Mazi SH, mampu membuktikan keberpihakannya terhadap daerah, bahkan tiga diantaranya menjadi ikon pembangunannya, mulai dari Rumah Sakit Jantung, Jalan Tol Kendari-Toronipa, hingga Perpustakaan Modern, dimana manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat Sultra untuk saat ini maupun jangka panjang.
Bagi Ali Mazi, untuk melakukan pembangunan di tanah asalnya yakni Bumi Anoa, diperlukan nyali kuat, pantang menyerah, tidak mudah goyah karena kritikan ataupun hujatan yang datang dari masyarakatnya, mampu meredam bahkan mendeteksi dini terjadinya konflik, terpenting bisa menerapkan sikap bijaksana tanpa melanggar aturan. Kesemua hal itulah, yang selama ini diterapkannya dalam memimpin Provinsi Sultra.
Menurut Ali, adanya kritikan terhadap pembangunan yang dilakukannya, utamanya terhadap tiga ikon tersebut, tidak lain dianggapnya sebagai respon positif, yang nantinya dapat berubah menjadi sebuah dedikasi, yang akan terus dikenang oleh masyarakat Sultra, sebab dampaknya akan bersifat jangka panjang dan secara terus menerus.
Hal itulah yang menjadi penyampaian Bung Ali, demikian sapaan akrbanya di tanah rantau, ketika saat melakukan kampanye di sejumlah tempat di daerah kepulauan Provinsi Sultra, diantaranya Desa Bahari Kabupaten Buton Selatan hingga ke Desa Lowulowu Kabupaten Buton Tengah.
Selain menyampaikan rencana kerja hingga aksi nyata yang telah dilakukannya selama mendapat amanah memimpin Sultra, Ali Mazi juga mendengar aspirasi serta menyerap harapan masyarakat, mulai dari masalah air bersih, peralatan tangkap, terkait pelabuhan perikanan di Kecamatan Lombe, termasuk melakukan penyaluran bantuan bagi UMKM di wilayah setempat.
“Insya allah, saya Ali Mazi siap melanjutkan pengabdian, untuk lebih memaksimalkan penyerapan aspirasi masyarakat Sultra, dari desa hingga ke kota, dari masalah ekonomi, pendidikan, hingga kesehatan, ke tingkat nasional pada lembaga DPR RI,” ucapnya.
Dalam masa kampanye tersebut, Ali Mazi memaparkan, dirinya sebagai mantan Gubernur Sultra dua periode 2003-2008 dan 2018-2023 sangat semangat mencurahkan dedikasi demi kemajuan Bumi Anoa, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Semangat tersebut, tentu tak muncul begitu saja, bahkan sejak remaja, Ali Mazi putra kepulauan yang merantau ke tanah jawa usai menamatkan pendidikannya di SMAN 2 Baubau, Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara, telah berkomitmen pada dirinya sendiri, yakni tak akan pulang jika tak menjadi gubernur di kampungnya kelak (Sulawesi Tenggara-red).
Hidup dirantau orang jauh dari kampung halaman, keluarga dan sahabat, tak pernah dibayangkan sebelumnya oleh Ali Mazi rejama kala itu. Berbekal sebuah tekad besar dibalik dadanya, yakin untuk meninggalkan semua kesenangan hidup berdampingan dengan orang-orang tercinta di kampung, demi meraih masa depan yang belum tentu mulus dilaluinya.
Merantau ke Jogyakarta usai menamatkan bangku SMA pada tahun 1981 dengan tekat melanjutkan pendidikan perguruan tinggi disana, Ali Mazi remaja mulai menyesuaikan diri beradaptasi dengan lingkungan, baik lingkungan kampus maupun lingkungan sosial kemasyarakatan. Berbagai organisasi kampus yang dimasukinya membentuk karakter jiwa aktivis tumbuh di dalam diri seorang Ali Mazi muda, termasuk sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultan Hukum Universitas Proklamasi 45.
Interaksi di kota besar mengasah kepekaan kritisnya terhadap ketimpangan pembangunan antara kampung halaman (Sulawesi Tenggara-red) dengan daerah Jawa, khususnya kota Jogyakarta. Pikiran Ali Mazi kepada kampung halaman melesat, tatkala membandingkan kondisi daerah tempat ia merantau dan kampung halaman, jauh memprihatinkan. Mimpi besar seorang anak rantau kepulauan dimulai dari sini.
“Pesan orang tua ditanamkan sejak lama, saat menduduki bangku SMP dan SMA. Usai tamat sekolah SMA melanjutkan pendidikan tinggi di tanah Jawa. Jangan pulang kalau tidak jadi gubernur, itu ditancapkan dikepala,” tutur H. Ali Mazi mengisahkan perjalanan masa remaja.
Seiring perjalanan waktu, sang penakluk Sultra Raya ini akhirnya membuktikan mimpi besar namun nyata itu.
Ia benar kembali menginjakkan kaki di Bumi Sulawesi Tenggara. Kehadiran sosok dirinya seketika menghebohkan masyarakat Sultra, yang tak pernah sama sekali diperhitungkan dalam pembicaraan atmosfer politik di Bumi Anoa, khususnya jelang pergantian kekuasaan usai masa bakti kepemimpinan Gubernur Drs. H. La Ode Kaimoeddin, yang telah berakhir masa jabatannya sebagai Gubernur Sultra periode kedua, 1997-2002.
Sosok Ali Mazi, terpilih menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara melalui mekanisme pemilihan di lembaga parlemen, dan meraih suara terbanyak pada pemungutan suara di DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara.
Ia memimpin Sultra kali pertama, periode masa bakti 2003-2008. Meski ditengah perjalanan kepemimpinannya, badai melanda diirinya, diberhentikan sementara selama kurang lebih satu tahun sebagai gubernur, guna fokus menyelesaikan kasus terkait profesi masa lalunya, sebagai advokat pada perusahaan besar, yakni kasus perpanjangan Hak Guna Bangunan (HGB) Hotel Hilton di Senayan, Jakarta.
Badai kasus Hilton itu ditorehkan perjalanan kisahnya, dalam buku ke-III yang diterbitkan saat periode kedua kepemimpinannya di Bumi Anoa, periode 20018-2023, dengan judul “Ali Mazi Memimpin di Tengah Badai”.
Kini, paska mengemban amanah masyarakat Sulawesi Tenggara sebagai Gubernur periode kedua (2018-2023), Sultra dalam pikiran Ali Mazi tak pernah putus. Pribadi seorang H. Ali Mazi, SH yang berlatar belakang pengusaha sekaligus advokat, dan hobi membaca, menjadikan visi hidupnya melambung tinggi demi melihat daerah Sultra semakin maju.
Tengok saja pembangunan periode pertama yakni perluasan bandara yang telah dapat disinggai oleh pesawat berbadan besar dan skala penerbangan yang meningkat, kemudian menopang masuknya investasi tumbuh di Bumi Anoa Provinsi Sulawesi Tenggara ini.
Selanjutnya pembangunan periode kedua kepemimpinannya, yakni jalan tol, rumah sakit jantung, serta perpustakaan modern adalah program strategis, yang berorientasi kedepan, telah diperhitungkannya, yang manfaatnya boleh jadi dirasakan tidak saja saat ini, namun bagi kepemimpinan generasi berikutnya, dan juga masyarakat Sultra kedepan. Bagi H. Ali Mazi, SH, membangun Sultra butuh nyali dan resiko, namun harus terus dilewati demi sebuah perubahan di masa depan, demi Sultra yang lebih baik dan maju.
Kontestasi politik yang digelar 14 Februari 2024, pekan ini adalah momentum pengabdian berikutnya bagi Ketua DPW Nasdem Sultra ini, untuk mengawal pembangunan daerah melalui lembaga parlemen DPR RI. Ia berharap masyarakat Sultra dapat kembali memberikan kepercayaan kepadanya, mendedikasikan pengabdiannya, guna menyonkong pembangunan di Sultra melalui lembaga legislative tingkat pusat, melalui partai Nasdem nomor urut 1.
“Atas dukungan dan kepercayaan masyarakat Sultra, melalui partai Nasdem nomor urut 1, ijinkan sya mengabdikan diri membangun Sultra dari senayan Jakarta, sebagai calon anggota DPR RI Dapil Sultra,” pungkas Ketua DPW Partai Nasdem yang juga tim pemenangan paslon Capres – Cawapres Anies Rasyid Baswedan – Muhaimin Iskandar (AMIN). (Rls)