SULTRAKITA.COM, WAKATOBI – Kata gentar tampaknya tak ada dalam sosok Politisi Muda Febri Hidayat. Diusianya yang masih muda, ia tampil berkompetisi di Pilkada Wakatobi 2020.
Febri Hidayat Lahir di Ambon, 12 Februari 1993, Ia tumbuh dari orang tua yang bekerja keras demi hidup. Febri dibesarkan dalam siraman kasih sayang serta harapan-harapan baik untuk masa depan.
Febri menjadi politisi paling muda yang bakal bertarung di Pilkada Wakatobi 2020, obsesinya tentang masa depan dan kemajuan Wakatobilah yang memantapkan niatnya maju sebagai calon Bupati Wakatobi.
Dimasa kecilnya, Febri Hidayat bersekolah di Merauke, Kepulauan Sula, hingga Kabupaten Konawe Selatan. Dia mengikuti perjalanan keluarganya yang mencari hidup di jalur dagang. Keluarganya adalah diaspora atau perantau Wakatobi yang selalu rindu kampung halaman.
Bahkan sejak lama Febri berangan-angan untuk kembali. Di usia yang masih terbilang muda, dia ingin berbuat sesuatu bagi kampung halamannya. Saat pulang kampung ke Liya Togo, dia melihat bagaimana masyarakat masih jauh dari standar sejahtera.
Di sisi lain, Wakatobi memang semakin terkenal sebagai daerah tujuan wisata. Banyak orang ingin datang ke Wakatobi demi piknik dan rekreasi. Tapi, masyarakat Wakatobi hanya menjadi penonton. Bahkan nelayan dan petani justru lebih sering terabaikan. Padahal mereka adalah pilar Wakatobi.
“Saya sedih bertemu nelayan yang kehidupannya tidak menjadi lebih baik. Harusnya, pemerintah punya banyak program untuk memberdayakan mereka,” kata Febri Hidayat.
Lanjutnya, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penduduk miskin di Wakatobi terus bertambah. Data BPS tahun 2016, jumlah warga miskin sebanyak 14.969 orang (15,76 persen).
Jumlah ini terbilang tinggi. Angka kemiskinan Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun yang sama yang hanya sebesar 13,74 persen. Artinya, bisa dikatakan jumlah orang miskin di Wakatobi lebih banyak dari rata-rata orang miskin di kabupaten lainnya.
Demi mewujudkan semua harapannya untuk Wakatobi yang lebih baik, Febri memutuskan maju di ajang pilkada. Dia mengakui kalau dirinya masih minim pengalaman. Namun, dia percaya, dukungan banyak pihak akan selalu menjadi energi baginya untuk berbuat lebih baik.
GANDENG BIROKRASI
Febri Hidayat telah memilih wakil yang diharapkannya bisa menjadi partner sekaligus senior untuk berdiskusi. Ia berpasangan dengan La Ode Puasa, yang lahir di Onemay, tanggal 31 Desember 1960. La Ode Puasa adalah pensiunan birokrat senior yang telah memakan asam garam di dunia pemerintahan.
Awalnya La Ode Puasa berkarier sebagai guru, selanjutnya ia pindah ke berbagai instansi. Ia pernah bekerja di Dinas Pariwisata hingga Bappeda. Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah (DPKAD) Wakatobi, Kepala Inspektorat, Sekretaris DPRD, hingga Kepala Dinas Pendidikan kebudayaan dan Olahraga, Kabupaten Wakatobi.
Kombinasi Junior dan Senior ini diyakini akan menjadi energi baru yang membuat Wakatobi menjadi lebih baik. Sebagai milenial, Febri akan dibantu birokrat senior La Ode Puasa dalam merancang banyak program untuk perubahan dan kesejahteraan masyarakat.
Mereka optimis bisa menghadirkan sejarah baru pemimpin di Wakatobi yang jauh dari nepotisme serta punya visi kuat untuk membawa daerah ini lebih baik.
“Kami siap mengabdikan diri untuk Wakatobi yang lebih baik,” tutup Febri Hidayat. (Man)