SULTRAKITA.COM – Pengembangan penanaman padi dengan System of Rice Intensification (SRI) Organik PT Vale di Kabupaten Kolaka dimulai pada tahun 2021. Program ini pertama kali diperkenalkan PT Vale di Kecamatan Tanggetada dengan total luas lahan sekitar 1,3 hektar. Setelah melihat kesuksesan dan antusiasme petani, program ini kemudian diperluas ke kecamatan Pomalaa, Baula dan Wundulako.
Pengembangan padi SRI Organik di Kabupaten Kolaka memiliki potensi besar untuk meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan. Padi SRI Organik adalah metode pertanian yang menggunakan teknik yang lebih efisien dan ramah lingkungan untuk menanam padi, sehingga dapat menghasilkan panen yang lebih tinggi dengan menggunakan lebih sedikit air dan bahan organik.
PT Vale Indonesia IGP Pomalaa melalui Program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PSRLB), yang membantu petani dalam mengadopsi metode SRI Organik. Beberapa langkah telah dilakukan PT Vale yaitu dengan mengadakan pelantikan dan workshop kepada petani lokal untuk menguasai teknik-teknik SRI Organik. Ini termasuk cara pengelolaan air, penggunaan pupuk organik, serta teknik penanaman dan pemanenan yang lebih efisien.
Selain hal tersebut, PT Vale juga telah membentuk Asosiasi Petani Organik (Aspok) yang diketuai Watno, beranggotakan 56 orang, dimana kelompok ini menjadi wadah bagi petani untuk bekerjasama mengelola lahan pertanian, berbagi pengetahuan, dan mengakses sumber daya bersama. Kelompok ini juga bisa menjadi wadah untuk meningkatkan daya tawar petani di pasar.
Watno petani asal desa Puubunga kecamatan Baula mengakui, pada awalnya ragu untuk beralih menggunakan metode SRI Organik, namun dengan adanya pelatihan dan dukungan dari PT Vale melalui Program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PSRLB) membuatnya percaya diri untuk beralih ke metode ini. Pelatihan dan dukungan ini sangat membantu dalam memahami dan mengimplementasikan teknik SRI Organik.
Watno merupakan contoh kegigihan petani dalam penerapan pertanian ramah lingkungan. Watno mengakui sebelum dirinya mengikuti pelatihan SRI Organik yang diberikan oleh PT Vale IGP Pomalaa, sawahnya seluas 37 are digarap dengan cara konvensional. Setelah Watno beralih dan menerapkan metode SRI Organik sawah seluas 37 are menghasilkan produksi sebanyak 2 ton, walaupun hasil panennya belum naik secara signifikan namun harga beras organik lebih tinggi dibandingkan beras konvensional.
“Terkait dengan produksi yang dihasilkan belum signifikan kenaikannya, kurang lebih sama dengan konvensional tapi kami menangnya itu diharga karena penjualan beras organik lebih tinggi dibanding konvensional. Untuk saat ini harga jual beras organik di Kolaka Rp.20.000 per kilogram untuk kemasan 5 dan 10 kilogram. Metode SRI Organik telah terbukti meningkatkan nilai ekonomis secara signifikan dibandingkan metode konvensional,” ungkapnya, Selasa (3/12/2024).
Tak dapat dipungkiri, dengan beralih ke metode SRI organik, banyak tantangan yang dihadapi Watno dalam penerapannya. Salah satunya adalah penggunaan pupuk organik, dimana pupuk tersebut dibuat sendiri oleh petani.
“Bahan baku untuk pembuatan pupuk organik untuk wilayah Puubunga dirasa masih kurang. Selain itu tantangan lain adalah penyiangan atau pembersihan gulma. Karena kami tidak menggunakan pestisida atau bahan kimia, kami menggunakan alat manual yang namanya gasrok untuk membersihkan gulma, tentunya hal tersebut membutuhkan waktu lebih lama dan tenaga yang lebih banyak,” katanya.
Sejak menerapkan metode SRI Organik yang ramah lingkungan dan mendukung praktik pertanian berkelanjutan. Dirinya merasa bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan memastikan bahwa pertanian yang dilakukan tidak merusak alam.
“Kami merasa bangga, dengan pegetahuan yang diberikan PT Vale. Apalagi dengan penggunaan pupuk organik ini tentu saja semakin lama kualitas tanah akan semakin baik, saya sangat yakin kedepannya produksinya akan semakin banyak,” ujarnya.
General Manager External Relations Pomalaa, Hasmir menjelaskan, dalam menyukseskan program SRI Organik, pihaknya rutin melakukan monitoring dan evaluasi di lapangan dan menggandeng mitra Yayasan Aliksa SRI Organik Indonesia, yang secara konsisten dan berkelanjutan mendampingi proses pertanian SRI organik yg dilakukan oleh petani.
“Selain itu, kami juga telah mendorong terbentuknya Asosiasi Petani Organik Kolaka (ASPOK) yang juga menjadi pusat pendistribusian beras organik di Kolaka serta berfungsi sebagai wadah untuk menjaga kualitas beras organik dan menjamin tidak ada beras oplosan,” kata Hasmir.
Terkait pemasaran hasil produksi beras organik petani binaan, PT Vale menjamin pembelian beras organik dari Aspok untuk kebutuhan konsumsi karyawan setiap bulannya.
“Kami berharap para petani yang tergabung di Aspok dapat menjaga stabilitas jumlah produksi beras tersebut,” ujar Hasmir.
PT Vale juga telah menjalin koordinasi dengan pemda kolaka dalam rencana pemasaran skala lebih besar dimana pemda membuka jalur pemasaran melalui indomaret maupun alfamidi dimana komitmen investasi kedua mini market tersebut adalah untuk menampung dan memasarkan produk-produk lokal termasuk beras organik lokal.
“Hal ini tentu saja baru bisa dilaksanakam nanti ketika sudah ada stabilitas jumlah produksi beras setiap bulannya,” katanya.
Selain meningkatkan jumlah produksi, hal yang tak kalah pentingnya adalah menjaga kualitasnya. Untuk menjamin kualitas beras organik, Aspok telah melakukan sertifikasi produk beras organiknya sejak tahun 2023 yang lalu.
Untuk skala nasional, kata Hasmir, PT Vale sudah dilibatkan berdiskusi dengan kementerian pertanian dalam perluasan pertanian organik maupun pemasarannya selain itu beberapa pangsa pasar beras organik yang besar seperti daerah bali yang sudah pernah membeli produk beras organik vale dari Sorowako, juga akan kami bawa ke Kolaka.
“Tentunya distribusi dan cakupan pangsa pasar nanti akan disesuaikan bertahap seiiring kemampuan produksi petani,” pungkasnya. (bak)