SULTRAKITA.COM, WATAMPONE — Sejumlah Masyarakat di Kabupaten Bone mengeluhkan pemadaman listrik bergilir yang terjadi selama tiga bulan terakhir.
Keluhan masyarakat ini disampaikan oleh Aliansi Masyarakat yang tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Laskar Anti Korupsi (LAKI) Pejuang ’45.
Ratusan Anggota LAKI Pejuang 45 yang hadir dikawal langsung oleh Sekjen DPP LAKI Pejuang 45 H Hasbi Ibrahim bersama Pelaksana Tugas (Plt) Ketua LAKI Pejuang 45 Hardin.
Plt Ketua Laki Pejuang 45, Hardin menyampaikan bahwa masyarakat mengeluhkan pemadaman bergilir yang terjadi setiap hari hingga menyebabkan ratusan barang elektronik mengalami kerusakan, juga terkait jadwal pemadaman yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
“Sudah tiga bulan kami merasakan pemadaman listrik bergilir, setiap hari bahkan pagi mati malam mati lagi dengan alasan managemen beban, saya kira alasan klasik mohon maaf,” tukasnya.
Hardin juga menyampaikan beberapa tuntutan yang diharapkan bisa mendapatkan solusi nyata, yaitu:
1.Menghentikan pemadaman bergilir di kabupaten Bone dengan Alasan managemen beban.
2.Mencari solusi permasalahan terkait pemadaman bergilir setiap tahun pada saat musim kemarau di kabupaten Bone.
3.Menuntut penyampaian pemadaman bergilir diumumkan di masjid.
4.Menuntut Kompensasi ganti rugi yang diakibatkan oleh pemadaman listrik atas kerusakan barang elektronik.
Dalam kesempatan yang sama Sekjen DPP LAKI Pejuang 45, H Hasbi Ibrahim mengutarakan usul agar sumber PLTA bisa dialihkan ke penggunaan air laut menjadi air tawar sebagai alternatif sumber daya kelistrikan, memasang solar cell di pembangkit tenaga uap dan diesel untuk mengurangi dampak pemadaman listrik yang dianggap ramah lingkungan.
Hasbi juga menyinggung soal pemadaman lampu dalam zona layanan umum seperti di Rumah Sakit, Puskesmas, Polres dan Korem agar disediakan alat genset atau generator sebagai sumber listrik cadangan agar pemberian layanan pada kawasan tersebut tidak terganggu.
Keluhan masyarakat ini ditanggapi baik oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan menggelar Dialog Terbuka di Bunir coffe, Kamis,(26/10).
Manager UP3 PLN Watampone Ridjal Abdul Rasyid menanggapi bahwa masalah kelistrikan diakibatkan oleh karena adanya kondisi keterbatasan daya dan managemen beban disistem Sulawesi bagian selatan yaitu Sulawesi Selatan, Barat, Tengah, jadi suplai di Sulsel mencakup Palu yang memiliki beban 250 mw.
“Karena pengaruh kemarau berkepanjangan El Nino jadi debit air berkurang pada PLTA dan PLTMH, kita punya pembangkit air itu totalnya sekitar 850 mw tapi sejak kondisi kemarau ini hanya 284 mw, itu berkurang sekitar hampir tinggal seperempat,” jelasnya.
Ia juga menyatakan bahwa PLN sudah berupaya untuk melakukan penambahan pembangkit dengan relokasi sekitar 85 mw, disamping itu PLTB yang menjadi salah satu penopang sistem kelistrikan yang bergantung pada angin juga mengalami Derating Variasi Musim (turunnya daya mampu pembangkit akibat alam).
Kemudian PLN juga telah berupaya bersama PLN Nusantara Power melakukan tekhnologi Modifikasi Cuaca pada PLTA terdampak.
Selain itu diluar masalah tekhnis sejak bulan September PLN telah melaksanakan Sholat Istisqa dikarenakan kemarau berkepanjangan agar hujan segera diturunkan oleh Allah SWT.
Menanggapi masalah Kompensasi kelistrikan Andi Mallonbassi selaku Asisten Manager pemasaran pelayanan pelanggan menuturkan PLN memliki mekanisme kompensasi yang diatur oleh pemerintah yang mengacu pada peraturan menteri ESDM No 17 tahun 2017 mengenai kompensasi.
“Kami sebagai pelaksana menjalankan sesuai aturan, jika memang terdampak sesuai dengan ketentuan, pasti ada kompensasi dari pemerintah,” ungkapnya. (WRD)