SULTRAKITA.COM, WAKATOBI – Sekolah Kampung Omah Kayu (Bantul-Yogyakarta) bersama kolaborator (Sekolah Kampung) yang ada di beberapa daerah, termasuk di pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar kegiatan Festival Anak Sekolah Kampung, dengan tema “Berkreasi Dengan Puspa dan Satwa”. Selasa, 14 Desember 2021.
Meskipun acaranya dilaksanakan sederhana dan secara virtual, anak-anak di Sekolah Kampung (Sikola Kampo) yang menjadi peserta terlihat begitu antusias dalam mengikuti semua rangkaian acara Festival yang diselenggarakan di aula Puri Kayangan Gallery, Desa Kahianga, Kecamatan Tomia Timur, Kabupaten Wakatobi.
Festival ini sangat menyenangkan buat anak-anak, dengan beberapa kegiatan yang telah disusun oleh penyelenggara seperti, belajar teknik menggambar, membuat lagu dan bernyanyi bersama, serta membuat Pop Up Card (teknik melipat dan menggunting kertas berbentuk 3 dimensi).
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi ajang sosialisasi untuk anak-anak Sekolah Kampung yang ada di setiap wilayah kolaborator yakni, Gorontalo, Poso, Nusa Penida, Tangerang Selatan, Yogyakarta, dan Wakatobi.
Kolaborator wilayah Tomia, Edi Suharman Halim, salah satu pengelola Sikola Kampo di Tomia menerangkan usai menggelar Festival tersebut bahwa yang ingin terlibat dan untuk menjadi peserta didik di Sikola Kampo tidak dibatasi. Siapapun akan diterima, dari jenjang SD, SMP, SMA hingga tingkat Umum.
“Visi Sikola dari Kampo adalah menjadi sarana pendukung pembelajaran yang memfasilitasi pengelolaan pengetahuan lokal, antargenerasi, dan antar wilayah untuk meningkatkan kemandirian ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan yang berkelanjutan,” Ucapnya.
Al Yusra menambahkan, tujuan umum dari Sikola Kampo (bahasa lokal Tomia), adalah menjadi sarana untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengembangkan potensi unggulan di wilayah masing-masing dan yang ingin terlibat di kegiatan kami bisa langsung berkunjung ke Desa Kahianga.
“Sebenarnya konsep Sikola Kampo ini bisa dikatakan sebagai sekolah keluarga. Kami tidak membuka pendaftaran seperti halnya institusi atau komunitas lain. Yah.. namanya juga berbasis kearifan lokal, lebih membuka ruang kepada siapa pun. Konsep belajar kami adalah kepada membebaskan (bebas belajar & berpikir). Kami hanya mengarahkan dan mengevaluasi,” beber Al Yusra sebagai inisiator Sikola Kampo. Jumat, 17 Desember 2021.
Untuk diketahui, Sekolah Kampung Omah Kayu yang dibentuk pada tahun 2021 oleh Terasmitra, dengan tujuan dapat memberikan alternatif dan fasilitas belajar untuk anak-anak, generasi muda dan penduduk setempat, juga sebagai inisiator jaringan sekolah kampung. Omah Kayu sedang mengembangkan kerja dengan berkolaborasi bersama beberapa wilayah untuk menjalankan Sekolah Kampung secara bersama melalui pemanfaatan potensi serta kearifan lokal yang ada.
Latar belakang, GEF SGP Indonesia dalam project phase VI bekerja di empat wilayah yaitu, Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Semau (Nusa Tenggara Timur), Nusa Penida (Bali), dan Gorontalo.
Dalam proyek tersebut, GEF SGP Indonesia mendorong strategi keberlanjutan para mitra. Ada berbagai inisiatif seperti pengembangan produk hasil pertanian maupun hasil hutan bukan kayu (HHBK), hasil perikanan tangkap dan budidaya, membangun kewirausahaan sosial, hingga membangun sistem pengetahuan yang dapat membantu para mitra untuk terus melakukan proses pembelajaran dalam membangun keberlanjutan organisasi atau komunitas.
Salah satu gagasan untuk membangun sistem pengetahuan tersebut adalah dengan inisiatif Sekolah Kampung di beberapa lokasi project phase VI. Tujuan dari pendirian sekolah kampung tersebut untuk membangun literasi masyarakat kampung dalam mengelola potensi kekayaan alam yang ada di lingkungan sekitar sehingga bermanfaat dalam pemenuhan kebutuhan sendiri maupun memiliki nilai tambah bagi ekonomi masyarakat. Sekolah Kampung dikelola oleh komunitas kampung setempat dan bersifat inklusif bagi masyarakat. (AN)