SULTRAKITA. COM, KENDARI – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sejak bulan Agustus 2020, telah mengembangkan puluhan kambing jenis Boerka dan Jenis lokal diternakan dalam satu kandang di kawasan Pemeliharaan ternak BPTP Sultra.
Kambing Boerka merupakan persilangan antara kambing Boer dengan Kambing Kacang, Persilangan kedua bangsa ini menghasilkan kambing “Boerka” dengan bobot badan yang lebih besar. Dibandingkan dengan kambing lokal, sehingga potensial untuk dikembangkan di Indonesia.
Kambing Boerka ini adalah tipe pedaging dengan postur tubuh lebih besar dari kambing lokal. Bobotnya bisa mencapai sekitar 35 kg saat berusia satu tahun. Saat peringatan Hari Pangan Sedunia ke-39 ditampilkan ragam teknologi yang berhasil menyedot perhatian pengunjung diantaranya teknologi pemeliharaan, budidaya hijauan pakan ternak unggul, pengolahan pakan ternak dari limbah tanaman kakao, pengolahan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik dan pengolahan urine kambing sebagai pestisida nabati Boerka
Kepala Balitbangtan BPTP Sulawesi Tenggara Muhammad Sidiq, STP, MM menjelaskan, Kambing Boerka yang saat ini diternakkan di BPTP Sultra berasal dari Pulau Sumatera, didatangkan khusus dari pulau Sumatera untuk menjadi bagian gelar teknologi peringatan HPS ke- 39
” Usai pelaksanaan HPS ke-39 di Angata, Konawe Selatan, Boerka lalu diboyong ke BPTP Sultra. Dibuatkan kandang layak dan tentu pendampingan dari penyuluh dan dokter hewan, untuk menunjang kesehatan ternak dan kapasitas petugas kandang.
Pemeliharaan yang intensif Salah satu teknologi yang ditampilkan adalah pengolahan pakan ternak, tidak heran dengan postur tubuh yang besar membuat jenis ini lebih rakus pakan, ” urainya.
Kata Muhammad Sidiq, secara umum, kambing Boerka tercatat masuk dan mulai berkembang di daerah Sulawesi Tenggara pada tanggal 6 Agustus 2020. Dimana, untuk
ketersedian pakan Hijauan salah satu unsur penting dalam pemeliharaan ternak kambing adalah penyediaan pakan.
” Berbagai macam pakan hijauan seperti odot,gulato setaria,lamtoro, rumput gajah dan rumput lapangan telah tersedia . Jenis pakan ini dikembangkan sendiri untuk menjamin pemberian pakan setiap harinya, ” tutupnya.
Salah satu pengambil pakan Sapi, Rapi menjelaskan, karena tekstur rumput gajah yang cukup panjang dan keras, rumput gajah dicacah dan dicampur dengan pakan lainnya. sehari penyediaan pakan mencapai 120 kg untuk 21 ekor ternak, pemberiannya rutin 3 kali sehari.
” Pakan disini cukup melimpah, tidak perlu repot jauh-jauh mencari rumput lagi.
Sumber pakan berasal dari kebun hijauan berada di halaman kantor. Ketersediaannya tentu sangat menunjang pemeliharaan kambing yang diternakan dengan sistem kandang, ” ringkasnya.
Salah satu penanggungjawab ternak kambing Fanny menjelaskan, bahwa dalam waktu dekat menugaskan pengelola kandang membuka areal penanaman rumput gajah tambahan dekat kandang. Harapannya, petugas bisa dengan leluasa merawat ternak kambingnya sekaligus mudah dalam pengambilan pakan.
” Tidak mudah mengembangbiakan ternak kambing. Selain tantangan cuaca yang labil, pakan juga menjadi salah satu penentu kesehatan ternak. Ditambahkan bila sejauh ini cuaca memang menjadi pertimbangan karena cuaca di Sulawesi Tenggara memang dirasa tidak stabil. Untuk mengantisipasi dominansi hujan, kambing di beri kehangatan dengan selimut dan bantuan lampu,” katanya.
Lanjutnya, menghadapi ternak yang mengalami sakit, petugas selalu sigap melaporkan kesehatan ternak kepada dokter hewan.
“Biasanya langsung tertangani dengan baik, pemberian obat dengan cara suntik dan memperbaiki kualitas pakan serta menjaga kebersihan kandang terus diupayakan, namun pemberian pakan secara teratur dan berimbang menjadi prioritas sejauh ini,” jelasnya.
Sebelum menutup Fanny menambahkan, mengantisipasi cuaca yang tidak stabil, Dr. Hartanto selalu memantau kesehatan ternak kambing. Bila ternak yang kurang sehat segera diberi penanganan berupa suntik. (IKL)