Oleh: WA ODE NURHAYATI
Jika saja tak ada orang yang berani maju untuk masuk dunia politik, maka kita akan melihat wajah politik yang biasa-biasa. Kita hanya akan melihat wajah itu-itu saja. Untuk membuat satu lompatan, kita butuh orang berani, serta siap untuk bertarung.
Saya mengenal FEBRI HIDAYAT sebagai anak muda yang punya kepedulian. Saat anak muda seusianya masih menggantungkan hidup pada orang tuanya, dia berani bermimpi besar. Dia ingin berbuat sesuatu bagi daerahnya.
Saya paham kalau dia dianggap anak kecil. Bahkan, saya juga mendengar kalau dia diremehkan. Padahal pilkada adalah kompetisi terbuka. Semua yang masuk arena pasti punya visi untuk membuat Wakatobi lebih baik. Namun tidak semua punya etika untuk melihat orang lain sebagai partner menuju kebaikan.
Jika punya percaya diri kuat, maka tidak sepantasnya merendahkan yang lain. Jika yakin menang, maka tak perlu sibuk mengurusi orang lain. Harusnya semua calon bisa menyebar virus kesantunan bagi semua tim suksesnya. Kita semua bersaudara.
Biarkan rakyat yang menentukan. Di bilik suara, tidak ada satu pun yang bisa mengintervensi pilihan rakyat. Rakyat tahu siapa kandidat yang bisa membawa harapan, dan siapa yang sibuk menjatuhkan orang lain.
Pada setiap pilihan rakyat itu, kita meletakkan harapan besar pada Wakatobi yang lebih baik. Kita melabuhkan semua mimpi-mimpi kia untuk Wakatobi yang menjadi rumah bagi siapa pun, apa pun asal-usulnya. Kita tak ingin Wakatobi hanya dikuasai segelintir keluarga, atau hanya mereka yang punya modal saja.
Saya mengenal Febri sejak kecil. Dia adalah putra dari almarhum La Ode Bau. Dia berasal dari keluarga perantau yang sejak dulu bertualang ke banyak pulau untuk mencari penghidupan yang halal.
Dalam dirinya, terdapat darah para perantau Wakatobi yang meniti buih dan menerjang ombak. Dia punya kemandirian dan keberanian untuk menghadapi semua tantangan. Pengalaman di rantau telah menempa Febri menjadi figur yang siap menghadapi semua tantangan dan rintangan sebesar apa pun.
Dia adalah wakil dari generasi milenial yang siap mengambil alih estafet kepemimpinan. Mungkin saja dia tidak punya banyak pengalaman di pemerintahan. Tapi dia punya hati yang bening dan ketulusan untuk bekerja. Dia siap untuk mewakafkan dirinya bagi orang lain.
Saya tahu persis, Febri selalu punya niat untuk memulai perubahan dari dirinya sendiri. Sejak kecil, dia sudah belajar agama sehingga dirinya selalu punya rekam jejak yang baik. Bahkan dia memilih untuk menjadi martir demi kebaikan orang lain, demi kemaslahatan orang banyak. Itulah pelajaran penting yang saya pelajari bersama Febri sejak usia belia.
Dia datang sebagai seorang anak muda yang berniat belajar pada semua orang. Dia pun melihat semua orang sebagai guru sekaligus keluarga yang akan dicintainya sepenuh hati. Jika dia keliru, maka sepantasnya dia menerima teguran dari siapa pun.
Jabatan sebagai pemimpin bukanlah singgasana baginya. Jabatan itu adalah amanah untuk membuat perubahan. Jabatan itu adalah titik nol untuk memulai banyak kebaikan yang serupa buah manis akan dirasakan semua orang.
Terlalu naif jika kita melihat pilkada hanya sebagai ajang untuk menjelek-jelekkan atau mem-bully orang lain. Ada banyak tantangan yang harus diselesaikan di daerah kita. Ada banyak kerja keras yang harus dilakukan.
Febri pernah bercerita tentang data Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan jumlah penduduk miskin di Wakatobi terus bertambah. Data BPS tahun 2016, jumlah warga miskin sebanyak 14.969 orang (15,76 persen).
Jumlah ini terbilang tinggi. Angka kemiskinan Provisi Sulawesi Tenggara pada tahun yang sama yang hanya sebesar 13,74 persen. Artinya, bisa dikatakan jumlah orang miskin di Wakatobi lebih banyak dari rata-rata orang miskin di kabupaten lainnya.
Pemerintah hadir untuk memberikan solusi bagi rakyatnya. Bukan untuk memperkaya diri dan keluarganya. Pemerintah harus punya kebijakan yang memihak semua kalangan, baik itu petani dan nelayan. Pemerintah harus punya tangan lembut untuk membantu ibu-ibu yang setiap hari menjemur rumput laut, hingga anak muda penuh potensi yang ingin menjadi pegawai negeri.
Kita punya tanggung jawab untuk menghancurkan semua dinasti politik dan nepotisme. Birokrat harus dipilih dengan merit system atau seleksi yang adil, bukan karena hubungan kekeluargaan. Siapa pun yang punya kompetensi, ayo kita sama-sama bangun Wakatobi.
Seiring dengan niat maju pilkada, Febri telah belajar banyak. Saya percaya dia punya energi besar untuk berbuat lebih dibandingkan orang lain. Febri akan menjadi matahari harapan yang siap memberikan cahaya, meskipun dihadang oleh awan dan hujan. Dia akan selalu memberi energi positif untuk Wakatobi.
Semoga dia tetap amanah sampai kapan pun. (*)
Penulis Adalah
Ketua DPD Partai HANURA Provinsi Sulawesi Tenggara